Kalian
pernah ditampar 6 kali berturut turut? Bolak balik, kiri kanan. Plak! Plak! Plak !
Sakit
banget kan? Itu lah yang
sedang saya rasakan. Semalam saya tidak bisa tidur. Ingin mengobati lebam akibat tamparan tersebut. Saya kompres, tetap terasa
sakit. Saya coba mencari obat. Tidak tau kemana. Eh..tunggu
dulu, apa yang sedang kalian
bayangkan? Saya di tampar seseorang? Saya di tampar tetangga? Saya di tampar pak lurah? Saya
di tampar Afgan?
Bukan bukan. Saya bukan sedang mengalami bukan kekerasan fisik seperti
itu. Begini ceritanya. Ada tiga teman saya
yang telah menampar saya . Bukan dengan tangan sih tapi dengan kata kata. Bagi
saya itu sama aja sakit nya. Sakiiit
banget..!!!
Malam
Itu, teman mengakhiri percakapan di telepon dengan kata
kata “ Kamu gak ngerti, karna kamu gak ngerasain “
kemudian tut tut tut..percakapan melalui telpon terputus. Dua
malam berikutnya, seorang teman juga pergi meninggalkan saya dengan kata kata
yang sama “
kamu gak ngerti karna kamu gak ngerasain “
Dua
malam berikut nya hal yang sama juga terjadi. “Kamu gak ngerti, karena kamu gak
ngerasain “
Mereka
pergi meninggalkan saya....
Ada
apa dengan mereka?
Pertama.
Teman
saya , sebut saja namanya wati.
Lajang berumur 28 tahun. Galau karena sampai sekarang
belum belum juga menikah. Entah kenapa, padahal wajahnya cukup untuk dikatakan cantik. Secara fisik tidak ada yang salah. Tetapi dia
memang kurang beruntung pada urusan yang satu itu. Saya berkali kali mengingatkan
bahwa sebaiknya dia enjoy saja. Hingga kata kata terakhir itu membuat kami
sudah seminggu tidak saling menghubungi
Kedua
Teman
saya, sebut saja namanya Sari. Beruntung bersuamikan salah satu pejabat penting
di pemerintahan. Uang bukan masalah karena dia juga bekerja, terlebih dia juga
berasal dari keluarga berada. Masalahnya apa? Dia belum punya keturunan nyaris 6 tahun menikah. Setiap
kali saya menasehati nya, dia terakhir menampar saya dengan kata kata diatas.
Kamu gak ngerti. Karna kamu gak ngerasain. Begitu kata katanya.
Ketiga
Teman
saya, yang satu ini juga kaya. Suami pejabat, dikaruniai dua orang anak.
Sekilas kehidupan mereka seperti sangat sempurna. Tetapi rupanya, dia ingin
sekali punya kerjaan. Katanya sudah sangat bosan menjalani rutinitas sebagai
ibu rumah tangga yang kerjanya itu itu saja. Pekerjaan rumah tangga baginya sungguh membosankan, yang baginya Tidak perlu memakai cardigan
mewah, menghidupkan mobil dipagi hari, tidak perlu menyeruput teh pagi dan tak
perlu berlomba lomba menghindari kemacetan.
Ketiga
teman saya punya masalah. Sebagai seorang teman, mungkin saya sudah gagal
menasehati mereka. Mereka ingin bercerita tetapi mereka tidak menerima apa yang
harus menjadi solusi saya.
Memang dari dullu solusi saya tidak banyak. “dibawa enjoy saja..”. rupa rupanya
mereka sudah tak tahan lagi pada nasehat saya, padahal saya akan membeberkan
beberapa fakta yang mungkin nanti akan mereka terima
Tentu untuk masalah wati, banyak diantara kita yang tau bahwa
menikah sama sekali bukan seperti yang dipikirkan. Bukan akhir segalanya. Sangat sulit diceritakan gambarannya seperti apa, apalagi jika belum merasakannya. Jika ada novel novel membahas akhir cerita
yang happy ending, itu pasti karena penulis memotong kisah cinta seseorang. Novel itu hanya sepotong dari seluruh
kisah cinta umat manusia sampai dia mati. Sayangnya, pembaca hanya menikmati
klimaks dipertengahan hingga lembaran
akhir saja.
Begitu
pula dengan kedua permasalahan teman saya tadi. Tentang tidak memiliki anak dan
pekerjaan. Sebagai pendengar, saya tidak menghakimi mereka sebagai orang yang
suka mengeluh . Mengapa ? karena ini adalah menyangkut sebuah hirarki
kebutuhan. Ada kebutuhan lain sehingga mereka seperti dikejar kejar hantu.
Mereka membenci waktu yang lama sekali memberi jawaban atas apa yang mereka butuhkan.
Jika
kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi, maka permasalahan mereka diatas dianggap wajar dan kita mudah sekali menemukan jawabannya. Adalah pendekatan Teori Maslow
yang tentunya sudah sangat familiar dikalangan mahasiswa ekonomi pada
khususnya. Dalam
ekonomi, teori kebutuhan sangat penting dipelajari untuk mengidentifikasi
keinginan yang muncul pada seseorang sehingga timbul niat untuk melakukan
pembelian sebuah produk.
Lalu
apa hubungannya dengan teman saya tadi?
Kita menyadari, banyak pakar yang telah mengidietifikasi
kebutuhan manusia sejak dahulu kala. Mengapa manusia bukan hanya butuh uang,
mereka butuh udara, sex, suami, istri , anak, kerjaan dan butuh yang lainnya. Semua bisa
dijelaskan dalam konsep hirarki kebutuhan Abraham Maslow.
TEORI KEBUTUHAN MASLOW
Diambil dari google image |
Banyak
permasalahan kebutuhan yang tidak
terpenuhi adalah sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai yang dijelaskan
dalam hirarki diatas. Ketiga teman saya sedang terjebak pada hirarki tersebut. Yaitu esteem needs. Dimana kebutuhan itu terjadi akibat kita telah
melalui beberapa tingkat kebutuhan sebelumnya. Saat kita telah cukup akan sesuatu, secara naluriah kita mulai mencari apa yang kita tidak punya dengan
dalih ingin lebih dan lebih. Masalahnya apakah yang kita butuhkan benar benar yang akan memuaskan kita? bagaimana setelah memiliki pekerjaan, jodoh dan anak ? apakah semua telah selesai?
Ketika
kita tidak mampu menjawab apa yang sebenarnya kita cari, Saat kita tidak bisa menjabarkan secara rinci,
mungkin yang kita cari sebenarnya adalah pengakuan. Berbicara
mengenai pengakuan, maka yang disentuh adalah pikiran tentang bagaimana
lingkungan sosial mampu menempatkan seeorang pada tempat yang layak sehingga tujuannya mengarah kepada harga diri
Setiap orang dalam masyarakat pasti ingin dihargai. harga diri berupa pengakuan atas apa yang seharusnya dimiliki. Sesuatu tersebut dapat berupa kekayaan,
pendidikan, anak, pekerjaan, jodoh ,harga diri yang kesemua itu bermuara kepada
status sosial.
Berbicara
status yang lebih dan lebih tentu tidak akan ada muaranya, meskipun maslow
menjelaskan kebutuhan pada tingkat akhir adalah hanya pada lima tahap saja,
Bisa saja suatu hari nanti, ada kebutuhan lain diatas itu semua. Who knows ?
Namun
setinggi apapun hirarki kebutuhan nanti, tidak akan ada muaranya sampai diri kita sendiri yang mencoba
berhenti, menghirup udara segar dan membiar
kan Tuhan menjalankan rencana indahNYA. Dan
cara berhenti paling efektif adalah dengan rasa syukur yang sedalam dalamnya seperti yang diinginkan Allah dalam firmannya dalam Surat An-Naml 27:73.
" Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai karunia yang besar
(yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak
mensyukuri (nya)."
Diambil dari google image |
Bagaimana, temanku? sudah legakah hatimu? semoga Allah senantiasa memberimu jalan keluar, memberi yang terbaik, dan tentu aku akan selalu mendoakanmu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar